Mari Sejenak Kita Menyimak Ulasan Jurnal Monkey D. Luffy Sang Calon Raja Bajak Laut dari RokushikiMaster Dibawah ini :
~ Jurnal Sang Calon Raja ~
19 tahun real life. Setara dengan 2-3 tahun di semesta One Piece. Itulah rentang waktu yang telah dihabiskan Luffy, sejak dia berlayar dengan sekoci dari Desa Fuschia, hingga kini menjejakkan kakinya di atas tanah kolonisasi yonkou Big Mom.
Waktu jelas berlalu. Pun pendakian semakin memuncak. Semakin berat. Ibarat menjatuhkan barisan keping domino, satu keping kecil yang dihentak telunjuk Luffy di awal pelayaran, kini telah merantai panjang dan sedang dalam proses menjatuhkan keping domino ke-seratus, yang ukurannya seratus kali lebih besar dibanding keping pertama. Itu pun bukan yang terakhir. Masih ada puluhan keping yang tersisa di depan. Pun berukuran lebih besar daripada sebelumnya. Menanti untuk dijatuhkan. Dan harus dijatuhkan, demi menggapai mimpi yang sudah terpatri.
Waktu jelas berlalu. Lamanya perjalanan kadang mengaburkan detail-detail kenangan. Namun yang berkesan akan selalu terlintas kembali. Baik itu yang berkesan indah, maupun yang berkesan menyakitkan. Maka itu menjadi bermakna bagi kita --pembaca yang mengamati perjalanan Luffy dari dunia paralel ini—untuk memunguti serpihan kenangan-kenangan itu. Demi menghargai proses yang keras ini, sekaligus penyemangat dan penyabar sampai tiba saatnya di mana sang calon raja menjatuhkan keping domino terakhir.
Berawal dari dunia One Piece. Sebuah dunia paralel yang imajinatif dan penuh kejutan. Sekilas terlihat sebagai tempat yang menyenangkan untuk ditinggali. Namun sejatinya, tak banyak berbeda dengan dunia kita. Dalam artian, ini bukan dunia yang sempurna. Hati yang lemah akan menemukan banyak alasan untuk membencinya. Mulai dari masa lalu pribadi yang kelam, hingga fenomena-fenomena dunia yang seakan bersekongkol menjatuhkannya. Ada Pemerintahan Dunia yang lalim beserta turunannya, yang kerap memandang sisa dunia ini tak lebih dari budak kekuasaan. Juga cuaca ekstrim dan monster laut, yang memberi mimpi buruk bagi para pelancong yang ingin menyebrangi lautan. Dan tak lupa, para bajak laut. Mereka yang terinspirasi kata-kata terakhir Roger. Sebagian besar di antaranya, mengangkat bendera Jolly Roger demi tahta dan ketamakan. Menjarah kapal yang lewat, hingga singgah di pulau dan menghabisi harta dan nyawa penduduk sipil setempat. Meninggalkan luka mendalam di hati para korban. Menyakitkan. Tinggal di dunia ini tak ayal seperti menyebrangi padang-pasir-tanpa-hujan yang sudah ditanami ranjau. Cuaca tidak mengiba, pun tanah tempat berpijak tidak berpihak. Setiap langkah adalah pertaruhan. Sedikit ruang untuk bernapas. Dan banyak alasan untuk membenci.
Namun di sebuah desa kecil di lautan timur, muncul bocah bernama Luffy. Tidak ubahnya dengan banyak pria yang lahir di Era Emas Bajak Laut, Luffy juga bercita-cita menjadi Raja Bajak Laut. Tidak mengenal ayahnya sendiri, tak sengaja memakan buah yang membuatnya tak bisa berenang, menyaksikan tangan mentornya putus, dan mendapat kabar bahwa kapal saudara sepercawanannya karam ditembak tenryuubito adalah sekelebat masa kecil yang dilalui Luffy.
Bukan memori yang menyenangkan. Bagi beberapa orang, serangkai pilu itu cukup menjadi alasan untuk memastikan bahwa tiada sudut dunia lagi yang pantas menerima kepercayaannya. Namun Luffy tidak. Dia memilih untuk memungut satu memori paling positif dalam hidupnya --yaitu ketika sang mentor menitipkan topi jerami kesayangannya padanya—dan memegangnya erat-erat. Menjadikannya perisai dan pedang terkuat saat mengangkat sauh dan berlayar dari Desa Fushia menuju lautan lepas.
Sayangnya Luffy itu lemah. Ketika pelayaran mencapai Desa Kokoyashi--menginjak kediaman Arlong Park-- Luffy pun mengakuinya. Dia tidak bisa berenang, ilmu pedang, memasak, atau pun kemampuan navigasi, empat pengetahuan dasar untuk bertahan hidup sebagai bajak laut. Siapa pun akan panik dengan kekurangan itu.
Namun Luffy memilih melakukan analisa strategi SWOT, yaitu Strength(kekuatan), Weakness(kelemahan), Opportunity(kesempatan), dan Threat(ancaman). Ancaman saat itu adalah Arlong, manusia ikan beringas mantan bawahan salah satu shichibukai. Sedangkan kelemahannya adalah kealfaan akan empat pengetahuan tadi. Maka itu Luffy, memilih untuk menutupinya dengan mempercayakan kealfaannya kepada para krunya yang lebih piawai. Kekhawatiran pun surut dan energi yang tersisa bisa dicurahkan pada kekuatan utamanya : gomu gomu. Buah yang jadi sumber penyesalannya itu, kini jadi sumber kepercayaan dirinya. Dengan kombinasi terseut, dia berkesempatan untuk mengalahkan Arlong. Dan benar saja, strategi ini berhasil.
Strategi ini terus digunakan Luffy selama pelayaran. Sederhana tetapi ampuh. Dan itulah yang jadi jawaban atas pertanyaan : kok bisa sih kelompok Topi Jerami yang kurang dari 10 orang ini mengalahkan musuh-musuh hebat dalam jumlah besar?? Jawabannya adalah : mereka tidak pernah kurang dari 10 orang.
Di mana pun Luffy singgah dan konflik apa pun yang dihadapinya, bantuan akan selalu tersedia. Itulah kepercayaan Luffy. Maka itu, ibarat petani, tugasnya hanya menyemai bibit dan secara rutin menyiram dan memberinya pupuk. Sedangkan tumbuh dan berbuah adalah tanggung jawab si bibit. Bila petani percaya, maka panen adalah keniscayaan. Ini simbiosis mutualisme.
Arabasta, Drum, Skypiea, Water Seven, Enies Lobby, Thriller Bark, Sabaody, Marineford, Dressrosa, Mokomo Dukedom. Sudah berapa banyak benih yang Luffy semai? Berulang kali menyemai benih kepercayaan dan pupuk perlindungan pada orang-orang di sekitar telah membuahkan Luffy kekuatan massa yang ranum. The people power. Lepas pantai Dressrosa, di atas geladak bahtera Yonta Maria, telah menjadi saksi ajang panen raya terbesar sejauh ini, di mana 7 orang kapten divisi beserta hampir 6000 anak buahnya bersimpuh kukuh di depan Luffy. Dengan mantap mengangkat cawan sakazuki, lalu bersumpah setia untuk merespon panggilan sang kapten armada, di mana pun berada, kapan pun, dan dalam badai terganas sekalipun.
Di Zou semakin menggila. Ketika sebuah klan pemahat poneglyph dan pasukan Mink terkuat berada di pihakmu --bahkan mungkin lebih kuat dari kru-krumu sendiri — maka saatnya membuang ego masing-masing. Luffy, yang biasa menikmati pelayaran eksklusifnya di atas thousand sunny, bercengkrama hangat dengan krunya, harus rela memecah timnya, menyerahkan kepercayaan pada para aliansinya, demi berlayar maju.
Kini satu keping domino terkuat sedang dihadapi Luffy. Bukan, bukan Big Mom. Namun penolakan Sanji untuk kembali pada tim. Situasi yang dilematis. Mampukah Luffy menyemai benihnya lagi untuk memulihkan kepercayaan kru yang konon berkekuatan 1000 orang ini? Kita nantikan di chapter berikutnya.
-Roku -
Nah itulah tadi artikel yang membahas tentang Jurnal Sang Calon Raja ... Semoga Artikel Ini Bisa Bermanfaat dan Berguna Buat Para Oplovers :) #AR